Tiga orang mahasiswa Universitas Yarsi Pratama, Fathurahman, Bero, dan Acep J. menemukan peluang bisnis berbahan limbah menjadi souvenir kreatif.
Kab. Tangerang, CAKRA Banten-,Berawal dari tugas mata kuliah Ekonomi Mikro yang diajarkan oleh Ibu Dosen mereka, Ningsih, S.E., M.M., tiga mahasiswa Universitas Yarsi Pratama—Fathurahman, Bero, dan Acep J.—menemukan peluang bisnis. Tugas sederhana berupa pembuatan proposal usaha UMKM akhirnya membuka jalan bagi mereka untuk merintis bisnis souvenir kreatif. Dengan latar belakang pengalaman kerja di bidang desain, mereka memulai bisnis ini untuk menghasilkan penghasilan tambahan.
Bisnis ini menawarkan produk souvenir berbahan dasar limbah industri menjadi produk cantik seperti gantungan kunci, tote bag, dan pulpen dengan desain unik, elegan, dan ikonik. Produk mereka menarik perhatian karena tidak hanya berfungsi sebagai souvenir biasa, tetapi juga sebagai media promosi. Dengan harga yang terjangkau dan tren desain yang terus berkembang, produk-produk ini berhasil memikat banyak kalangan, mulai dari anak-anak hingga dewasa.
Sebagai mahasiswa yang juga bekerja, tantangan terbesar mereka adalah keterbatasan waktu dan modal. Untuk mengatasi ini, mereka memanfaatkan teknologi seperti Google Meet untuk rapat online dan menerapkan sistem pre-order (PO) dengan pembayaran di muka sebesar 50%. Strategi ini membantu mereka mengelola waktu dan sumber daya dengan lebih efisien.
Teknologi digital menjadi kunci keberhasilan bisnis mereka. Melalui platform seperti TikTok Shop, Tokopedia, Shopee, dan WhatsApp, mereka mampu menjangkau pasar yang lebih luas tanpa harus menanggung biaya operasional tinggi. Media sosial dan iklan online juga dimanfaatkan untuk mempromosikan produk dengan cara yang lebih efektif dan ekonomis.
Salah seorang mahasiswi Univ. Yarsi Pratama memanfaatkan teknologi digital sebagai alat promosi dan pemasaran produk para mahasiswa.
Universitas Yarsi Pratama memainkan peran besar dalam mendukung kesuksesan bisnis ini. Para mahasiswa dibekali ilmu ekonomi, bisnis, dan hukum oleh para dosen yang berpengalaman. Kampus juga menyediakan fasilitas untuk mengikuti pameran dan bazaar, yang memberi mereka peluang untuk memasarkan produk secara langsung kepada konsumen.
Mengelola waktu antara kuliah, bisnis, dan aktivitas lainnya menjadi tantangan tersendiri. Mereka mengatasinya dengan membuat jadwal harian dan mingguan menggunakan Microsoft Excel. Strategi ini membantu mereka memastikan semua tugas selesai tepat waktu dan memanfaatkan waktu luang untuk kegiatan bisnis.
Salah satu pencapaian terbesar mereka adalah penjualan pertama yang laris manis. Hal ini menjadi bukti bahwa ide mereka diterima pasar. Ulasan positif dari pelanggan, terutama dalam acara bazaar yang diselenggarakan kampus, menjadi motivasi untuk terus berinovasi dan meningkatkan kualitas produk.
Ke depan, mereka berencana meningkatkan brand awareness dan menambah variasi produk, seperti tumbler dan mug, yang sesuai dengan kebutuhan sehari-hari masyarakat. Dengan inovasi ini, mereka berharap bisnis souvenir mereka dapat terus berkembang dan berdaya saing.
Bagi mahasiswa lain yang ingin memulai bisnis, mereka menyarankan untuk memiliki ide produk yang jelas dan memanfaatkan teknologi digital sebagai alat riset dan promosi. Jangan takut gagal, karena kegagalan adalah bagian dari proses pembelajaran. Setiap langkah yang diambil adalah pijakan menuju kesuksesan yang lebih besar.
Bisnis ini bukan hanya menjadi sumber penghasilan tambahan, tetapi juga bukti bahwa dengan kreativitas, dukungan, dan kerja keras, mahasiswa dapat menciptakan peluang besar di dunia bisnis.(Awn)