Example 728x250

Solidaritas di Ujung Pisau Qurban: Menjawab Tantangan Ekonomi Global

Oleh :

JUNET KASWOTO

 

Cakrabanten.id,- Dunia saat ini menghadapi tekanan ekonomi yang kian mencekik. Kemelut perang tarif yang dilontarkan oleh Presiden AS Donald Trump terhadap hampir semua negara, termasuk Indonesia, ditambah situasi geopolitik global yang tidak kunjung membaik, dipastikan berdampak signifikan pada melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia. Dampak riilnya terasa hingga ke tingkat masyarakat paling dasar: harga-harga melambung, pendapatan stagnan atau menurun, dan masyarakat kerap dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang paling pokok.

 

Di Balik Tekanan, Muncul Pelipur Lara: Solidaritas

 

Dalam situasi penuh tantangan yang menguji kesabaran ini, nilai-nilai berbagi dan kepedulian terhadap sesama muncul bukan hanya sebagai tindakan mulia, melainkan sebagai pelipur lara yang tiada tara. Di sinilah ibadah Qurban, terutama pada momentum Idul Adha, menemukan relevansinya yang sangat dalam. Qurban bukan sekadar ritual tahunan, melainkan solusi konkret dan ungkapan solidaritas yang mendesak di tengah masa ekonomi penuh ketidakpastian dan ketimpangan yang kian melebar.

 

Mekanisme Qurban: Menyeimbangkan Timbangan Sosial-Ekonomi

 

Lantas, bagaimana Qurban berperan sebagai solusi?

 

Penyeimbang Ketimpangan Sosial: Ketika harga-harga meroket dan daya beli masyarakat bawah merosot, Qurban berfungsi sebagai alat penyeimbang timbangan sosial-ekonomi. Daging yang disembelih kemudian didistribusikan secara luas dan merata, terutama kepada masyarakat kurang mampu, membantu mencukupi kebutuhan protein yang seringkali menjadi barang mewah di masa sulit. Ini bukan sekadar transfer daging, melainkan injeksi nutrisi vital bagi keluarga yang berjuang.

 

Kelegaan Psikologis dan Kebersamaan: Bagi penerima manfaat, kehadiran daging Qurban adalah berkah dan anugerah yang sangat berarti. Bagi banyak di antara mereka, kesempatan menyantap lauk daging bisa jadi hanya terjadi sekali dalam enam bulan atau lebih. Lebih dari sekadar pemenuhan gizi, ini memberikan kelegaan psikologis, mengusir sejenak beban hidup yang berat, dan terutama, mengindahkan nilai kebersamaan. Saat daging yang sama dimasak dan dinikmati bersama tetangga atau komunitas, terciptalah ikatan sosial yang hangat di tengah dinginnya tekanan ekonomi. Sebagaimana diingatkan, “Saat ekonomi menjajal batas kesabaran kita sehari-hari, qurban mengajarkan bahwa kita tidak berjalan sendirian. Selalu ada cara untuk saling mendukung.”

 

Pemurnian Hati dan Rasa Syukur bagi Pemberi: Bagi yang mampu melaksanakan Qurban, tindakan ini jauh melampaui sekadar pengeluaran harta. Ia menjadi sarana mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dan menyuburkan hati dengan rasa syukur atas nikmat yang diberikan, sekalipun di tengah ketidakpastian global. Dengan berkurban, harta yang dimiliki dimanfaatkan secara nyata untuk meringankan kesulitan sesama dan menebar kebahagiaan, dilakukan dengan ikhlas semata mengharap ridha Allah SWT. Ini mengamalkan esensi dari Surah Al-Insan: “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (QS Al-Insan: 8-9).

 

Kesimpulan dan Seruan: Berbagi adalah Solusi yang Berkelanjutan

 

Maka, pesan inti yang mengemuka adalah tegas: Berbagi adalah solusi. Ibadah Qurban pada Idul Adha memberikan pelajaran berharga (ibrah) yang mendalam. Ajaran tentang pengorbanan, kepedulian, dan solidaritas sosial yang terkandung di dalamnya hendaknya tidak berhenti pada hari raya semata, melainkan perlu dibiasakan dan diinternalisasikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi orang-orang yang beriman.

 

Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah: “Hai orang-orang yang beriman, infakkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya…” (QS Al-Baqarah: 267). Ayat ini menggarisbawahi pentingnya memberi dari yang terbaik yang kita miliki, secara konsisten, dan dengan penuh kesadaran.

 

Di tengah gelombang krisis ekonomi global yang kompleks, Qurban mengingatkan kita pada kekuatan solutif yang sederhana namun mendalam: solidaritas manusiawi yang diwujudkan dalam aksi nyata berbagi. Ia adalah pelipur lara bagi yang menerima, pembersih hati bagi yang memberi, dan jaring pengaman sosial yang menyeimbangkan ketimpangan. Mari jadikan semangat Qurban bukan hanya ritual tahunan, tetapi roh yang menghidupi tindakan kita setiap hari untuk peduli, berbagi, dan bersama-sama menghadapi tantangan zaman dengan ketangguhan dan kasih sayang.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *