Example 728x250

Pejuang Kesejahteraan Keluarga Guru

Sarkono menceritakan perjalanan karier dan kiprah berdirinya Koperasi PKGC.

 

Oleh: M. Heri Irawan

( Penulis adalah Mantan Wartawan Harian Umum Merdeka)

 

Cakrabanten.id,- Sarkono, seorang pendidik sejati asal Blora, Jawa Tengah, kini menginjak usia 90 tahun. Ia dikenal sebagai sosok guru yang mendedikasikan hidupnya untuk dunia pendidikan. Perjalanan panjangnya sebagai guru dimulai sejak tahun 1961. Pada tahun 1963, ia diangkat sebagai guru negeri di SDN Jati Baru, Jakarta Pusat. Semangat dan kegigihannya membuatnya dipercaya menjabat sebagai kepala sekolah pertama kali pada tahun 1973.

 

Karier Sarkono di dunia pendidikan terus menanjak. Ia pernah menjabat sebagai kepala sekolah di SDN Kapuk 10, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat, sebelum akhirnya pensiun pada tahun 2001 sebagai kepala sekolah di SDN Kapuk 9. Selama lebih dari empat dekade, ia mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk membangun karakter generasi bangsa.

 

Dalam perjalanan kariernya, Sarkono memperoleh berbagai penghargaan atas dedikasinya. Ia menerima tiga penghargaan dari tiga gubernur DKI Jakarta yang berbeda. Penghargaan tersebut menjadi bukti nyata kontribusinya dalam memajukan pendidikan di ibu kota.

 

Sarkono tak hanya peduli pada pendidikan murid-muridnya, tetapi juga kesejahteraan rekan seprofesinya. Pada masa kepemimpinannya sebagai kepala sekolah, ia dipercaya menjadi Ketua Paguyuban Kesejahteraan Keluarga Guru Cengkareng (PKGC). Melalui paguyuban ini, ia berjuang meningkatkan taraf hidup para guru.

 

Sebagai pemimpin yang visioner, Sarkono menggagas transformasi PKGC menjadi Koperasi Guru Cengkareng pada tahun 1994. Tujuannya adalah agar koperasi ini bisa bersinergi dengan program pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan guru. Upaya tersebut mendapat dukungan dari Kementerian Pendidikan dan Kementerian Perumahan Rakyat.

 

Dengan tekad kuat dan doa yang tak putus, Sarkono menginisiasi pembangunan komplek perumahan khusus bagi anggota Koperasi Guru Cengkareng. Mimpi ini terwujud berkat bantuan Kementerian Perumahan Rakyat yang kala itu dipimpin Akbar Tanjung.

 

Karena harga lahan di Jakarta yang sangat tinggi, lokasi perumahan ditentukan di Desa Pasanggrahan, Kecamatan Cisoka, Kabupaten Tangerang. Kini wilayah itu telah menjadi bagian dari Kecamatan Solear.

 

Sebagai ketua koperasi, Sarkono mengemban tanggung jawab besar. Ia mengorbankan tenaga, waktu, bahkan hartanya demi mewujudkan impian memiliki rumah layak bagi para guru.

 

Proses pengadaan lahan dan pengurusan sertifikat tanah tidak mudah. Sarkono rela menjual aset pribadinya, termasuk Yayasan Harapan Warga yang ia dirikan di Kota Bambu, Petamburan, Jakarta Barat. Yayasan itu selama bertahun-tahun menjadi wadah pendidikan bagi masyarakat sekitar.

 

Hingga saat ini, rumah yang ditinggali Sarkono bersama istri dan anak-cucunya pun bukan lagi miliknya. Rumah tersebut telah dijual kepada seorang dokter yang baik hati. Namun, dokter itu mengizinkan Sarkono tinggal di sana seumur hidupnya.

 

Beban finansial yang ditanggung Sarkono sempat membuatnya terpuruk. Namun, keteguhan hatinya untuk melihat para guru memiliki rumah sendiri menjadi penyemangatnya.

 

Kini, hasil jerih payah Sarkono dapat disaksikan. Di Komplek Perumahan Guru PKGC, berdiri rumah-rumah megah berukuran minimal 108 m2. Sebagian anggota koperasi bahkan memiliki lebih dari satu unit rumah.

 

Meski dirinya tak memiliki sepetak pun tanah di sana, Sarkono merasa bahagia melihat rekan-rekannya hidup sejahtera. Ia menyaksikan jalan komplek, masjid, dan tempat pemakaman umum yang menjadi bagian dari pembangunan yang ia rintis.

 

Dengan suara bergetar, Sarkono kerap mengenang perjuangannya. Ia merasa puas karena telah mewariskan sesuatu yang berharga bagi para guru. Baginya, pengorbanan harta benda adalah bagian dari pengabdian sejati.

 

Sosok Sarkono menjadi teladan bagi para pendidik muda. Ia mengajarkan bahwa menjadi guru bukan sekadar mentransfer ilmu, melainkan juga menjadi pelita bagi sesama.

 

Keikhlasan dan keteguhan hati Sarkono patut dijadikan inspirasi. Di tengah gempuran arus materialisme, ia membuktikan bahwa kebahagiaan sejati terletak pada kebermanfaatan bagi orang lain.

 

Perjalanan hidup Sarkono seakan menegaskan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an: “Barang siapa yang menolong saudaranya, Allah akan menolongnya di dunia dan akhirat.”

 

Bagi Sarkono, dunia pendidikan bukan sekadar ladang mencari nafkah, melainkan medan perjuangan yang sarat nilai-nilai kemanusiaan.

 

Kini di usia senjanya, Sarkono tetap memberikan nasihat kepada para guru muda. Ia mengingatkan agar selalu mengutamakan keikhlasan dalam mendidik.

 

Kegigihan Sarkono juga menunjukkan bahwa setiap niat baik yang dilakukan dengan sungguh-sungguh akan diridhoi Allah SWT. Ia percaya bahwa apa yang dilakukannya akan menjadi amal jariyah yang terus mengalir pahalanya.

 

Meskipun harta bendanya telah habis, Sarkono merasa kaya akan keberkahan. Ia meyakini bahwa pengorbanannya akan menjadi bekal di akhirat kelak.

 

Sarkono mengajarkan bahwa menjadi guru sejati adalah mereka yang bersedia menjadi lilin yang rela habis demi menerangi kegelapan.

 

Ia berharap agar generasi muda terus melanjutkan perjuangannya. Pendidikan yang berkualitas harus seiring dengan perhatian terhadap kesejahteraan para guru.

 

Nama Sarkono mungkin tidak setenar tokoh nasional lainnya, tetapi jejak langkahnya tertanam kuat di hati para guru dan masyarakat di Cengkareng.

 

Pengorbanannya menjadi bukti bahwa ketulusan seorang guru dapat melampaui batas-batas materi. Cinta kepada ilmu dan sesama menjadi pilar yang menopang hidupnya.

 

Sarkono telah membuktikan bahwa guru bukan hanya pahlawan tanpa tanda jasa, tetapi juga arsitek kehidupan yang membangun fondasi masa depan bangsa.

 

Di setiap sudut komplek perumahan guru di Tangerang, nama Sarkono seolah terukir dalam setiap bangunan yang berdiri kokoh. Itulah monumen abadi seorang guru sejati.

 

Semoga pengabdian Sarkono menjadi inspirasi bagi kita semua. Bahwa dalam mendidik, memberi tanpa pamrih adalah kunci meraih keberkahan hidup.

 

Perjalanan hidup Sarkono menjadi bukti nyata bahwa seorang guru sejati bukan hanya mencerdaskan, tetapi juga menghidupkan harapan bagi sesama.@Awan74

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *