Example 728x250

MANISNYA MENGKRITIK PAHITNYA DIKRITIK !

Oleh : Drs. Edi Kusmaya, M.Pd

(Pimred Cakra Banten)

 

Cakrabanten.id,- Kalau mau jujur, pada umumnya kita lebih senang mengkritik daripada dikritik. Padahal kita tahu, bahwa jika kita ingin lebih baik – harus menerima bahkan merasa bersyukur jika dikritik. Apalagi kritik membangun. Mengkritik atas dasar fakta, kemudian ada dasar untuk meng-kritiknya berdasarkan argumen yang kuat dan mendalam – baik secara akademik (Filosofi, kajian literatur ataupun teori). Bahkan akan lebih baik laigi, jika paling tidak pemikiran untuk bagaimana agar bisa lebih baik. Apalagi jika diikuti saran yang masuk akal, sederhana dan relatif bisa dilaksanakan.

 

Lalu muncul pertanyaan, “Mengapa pada umumnya orang lebih senang mengeritik daripada dikritik?” Ada beberapa alasan mengapa kita lebih senang mengkritik daripada dikritik.

 

Pertama, kebiasaan. Mengkritik seringkali menjadi kebiasaan yang sulit diubah. Kita pada umumnya lebih terbiasa melihat kekurangan atau kesalahan orang lain, daripada melihat kelebihan dan kebaikannya. Oleh karena itu kita lebih fokus pada hal-hal negatif daripada aspek-aspek positif.

 

Kedua, perasaan superior. Mengeritik dapat membuat seseorang merasa superior atau lebih baik daripada orang lain. Ini dapat memuaskan ego dan membuat mereka merasa lebih berkuasa. Sehingga lupa akan diri kita, padahal belum tentu diri kita lebih baik daripada yang kita kritik.

 

Ketiga, kurangnya empati. Jika kita kurang memiliki empati yang cukup mungkin tidak dapat memahami perasaan orang lain. Bisa jadi kita tidak menyadari bahwa kritik yang kita lontarkan dapat menyakitkan atau membuat orang lain merasa tidak nyaman.

 

Keempat, kebutuhan untuk mengontrol: Mengkritik dapat menjadi cara untuk mengontrol atau mempengaruhi orang lain. Orang yang merasa tidak memiliki kontrol atas situasi mungkin menggunakan kritik sebagai cara untuk memperoleh kontrol.

 

Kelima, kurangnya kesadaran diri. Orang yang tidak memiliki kesadaran diri yang cukup, mungkin tidak menyadari bahwa kritik mereka dapat dipengaruhi oleh bias atau prasangka mereka sendiri.

 

Keenam, budaya. Dalam beberapa budaya, mengeritik dianggap sebagai cara untuk membantu orang lain meningkatkan diri. Namun, jika tidak dilakukan dengan cara yang konstruktif, kritik dapat menjadi destruktif.

 

Ketujuh, kurangnya kemampuan berkomunikasi. Orang yang tidak memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, mungkin menggunakan kritik sebagai cara untuk menyampaikan pendapat mereka, tanpa mempertimbangkan perasaan orang lain.

 

Namun, perlu diingat bahwa mengkritik yang tidak konstruktif dapat memiliki dampak negatif pada orang lain dan hubungan kita dengan mereka. Oleh karena itu, penting untuk belajar cara mengeritik yang konstruktif dan membangun.

 

Lalu apa bedanya kritik yang berdasarkan pemikiran kritis, dengan kritik dengan dasar tidak suka bahkan kebencian ? dan mengapa sebagian kita umumnya tidak suka dikritik? Silahkan argumen pembaca bisa dikirim ke redaksi Cakra Banten !

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *