Example 728x250

Ketekunan H. Rudi Haryanto: Mimpi Menjadikan Tigaraksa Sentra Bawang Merah

 

Kab. Tangerang, CAKRA Banten,— Musim panen bukan hanya soal memetik hasil, tetapi juga merayakan kerja keras dan harapan. Begitulah yang dirasakan oleh H. Rudi Haryanto, petani tangguh asal Desa Pasirnangka, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang. Pria yang akrab disapa “Jaka” ini kembali memanen bawang merah dari lahan seluas 3.000 meter persegi, Kamis, 8 Mei 2025, setelah menanam 300 kilogram bibit varietas unggul Bima Super Brebes.

 

Sebagai Ketua Kelompok Tani Desa Pasirnangka sekaligus Sekretaris Umum DPW Jaringan Petani Persada Nusantara (JPPN) Provinsi Banten, H. Rudi menyambut panen ini dengan rasa syukur. “Alhamdulillah, hasil panen bagus dan kualitasnya tinggi. Semoga harganya juga stabil di pasaran,” ujarnya penuh semangat.

 

Baginya, pertanian bukan sekadar profesi, melainkan bentuk perjuangan untuk mewujudkan kemandirian pangan. Ia percaya, jika ada sinergi antara petani, pemerintah, dan pasar, maka kesejahteraan petani bisa meningkat secara signifikan.

 

Sejak mendirikan kelompok tani pada 2020, H. Rudi dan para anggotanya mengusung semangat gotong royong dan keberanian untuk bermimpi besar: menjadikan Tigaraksa sebagai sentra bawang merah yang tidak hanya menyuplai kebutuhan lokal, tetapi juga regional. “Kami tidak bermimpi kosong. Panen pertama jadi bukti nyata bahwa Tigaraksa punya potensi,” ungkapnya.

 

Bima Super Brebes yang dibudidayakan di lahan H. Rudi dikenal unggul dalam kualitas dan daya simpan. Selain hasilnya stabil, varietas ini juga cocok dikembangkan dengan prinsip pertanian ramah lingkungan yang mulai ia terapkan—efisiensi air dan pemupukan jadi kunci keberhasilan.

 

 

Menyambut program ketahanan pangan nasional yang digulirkan Presiden Prabowo Subianto, H. Rudi optimis. Menurutnya, dengan dukungan nyata dari negara, pertanian bisa menjadi sektor unggulan yang menjanjikan dan kompetitif di masa depan.

 

Ia pun terus mendorong keterlibatan generasi muda di sektor pertanian. “Jangan malu jadi petani. Kalau kita bisa manfaatkan teknologi, bertani itu keren. Sekarang eranya smart farming, anak muda harus ambil bagian,” tuturnya dengan yakin.

 

Sebagai pembina kelompok, H. Rudi aktif memberi pelatihan dan membangun semangat belajar di kalangan petani. Ia meyakini bahwa pertanian modern harus adaptif, berbasis data, dan terbuka terhadap inovasi agar mampu menjawab tantangan zaman.

 

Kini, nama H. Rudi tak hanya dikenal di desanya, tetapi juga mulai diperhitungkan di tingkat provinsi sebagai sosok yang konsisten dan inovatif dalam memajukan pertanian desa. Langkah-langkahnya menjadi inspirasi bagi banyak petani lainnya.

 

Ia berharap pemerintah daerah dan pusat terus hadir melalui pelatihan, penyediaan alat pertanian modern, serta membuka akses pasar yang lebih luas. “Petani kuat, negara pasti kuat. Itu yang saya yakini,” ucapnya sambil tersenyum.

 

Di akhir wawancara, H. Rudi menekankan bahwa keberhasilan pertanian bukan hasil kerja individu semata. Kolaborasi antara petani, penyuluh, pemerintah, dan masyarakatlah yang menjadi kunci utama. “Kalau kita bersatu, mimpi tentang kedaulatan pangan bisa mulai kita bangun dari desa,” pungkasnya.

 

Tak hanya berhasil dengan bawang merah, H. Rudi juga tengah mengembangkan budidaya tanaman nilam—komoditas aromatik bernilai tinggi yang kini mulai menarik minat banyak petani. Ia mengelola satu hektare lahan nilam dan telah menjalin kontrak penjualan hasil panen dengan sejumlah mitra.

 

Menurutnya, nilam memiliki banyak keunggulan: tahan terhadap cuaca ekstrem, minim risiko hama, dan tidak membutuhkan penyiraman intensif seperti tanaman hortikultura lainnya. “Nilam ini cocok untuk petani pemula atau petani kecil yang ingin hasil stabil,” jelasnya.

 

Melalui kemitraan dengan perusahaan, ia memastikan harga bibit, biaya produksi, dan hasil panen tetap stabil. Langkah ini dinilai strategis untuk menciptakan pertanian yang berkelanjutan sekaligus meningkatkan pendapatan petani.

 

Kisah H. Rudi menjadi bukti nyata bahwa kombinasi ketekunan, inovasi, dan semangat kolaborasi dapat mengubah wajah pertanian desa. Dari lahan sederhana di Tigaraksa, ia menanam harapan dan menuai inspirasi bagi masa depan pertanian Indonesia.(Kdr)

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *