Example 728x250

Keteladanan Guru, Kunci Karakter Religius Siswa SMPN 4 Tigaraksa

Kepala Sekolah SMPN 4 Tigaraksa, Hery Saverianto, M.Pd, merasa bangga dengan kedisiplinan anak didiknya di SMPN 4 Tigaraksa, yang sudah disiplin sholat berjamaah dzuhur, namun masih butuh dukungan orang tua untuk pengamalan ibadah sewaktu di keluarga, karena untuk sholat yang pengerjaannya di keluarga masih sangat rendah.

 

Kab. Tangerang, CAKRA Banten,-Tidak ada kebahagiaan yang lebih besar bagi seorang pendidik selain melihat anak didiknya tumbuh dalam kebiasaan baik. Begitulah yang dirasakan oleh Kepala Sekolah SMPN 4 Tigaraksa, Hery Saverianto, M.Pd, ketika setiap siang ia menyaksikan siswanya berbondong-bondong menuju musholla untuk menunaikan sholat Dzuhur berjamaah. Kebiasaan ini bukan hanya sekadar rutinitas, tetapi telah menjadi budaya yang melekat dalam kehidupan sekolah.

 

Dalam pantauan juru warta CAKRA Banten, Kamis, 30 Januari 2025. Saat sirine istirahat kedua berbunyi, siswa-siswa dengan sigap menuju tempat wudhu. Tidak perlu diarahkan, mereka sudah paham betul bahwa sholat Dzuhur berjamaah adalah kewajiban yang harus mereka jalankan. Dengan tertib, mereka mengisi shaf terdepan, mengikuti aturan yang telah terbentuk secara alami: gelombang pertama untuk siswa laki-laki, kemudian gelombang kedua bagi siswa perempuan.

 

Pemandangan ini mengingatkan Hery Saverianto pada suasana di pesantren. Sebelum adzan berkumandang, sudah ada sejumlah siswa laki-laki yang secara bergantian melantunkan sholawat, petugas adzan bersiap di tempatnya, dan seluruh siswa memahami peran masing-masing. Bahkan, siswa kelas 7 yang baru bergabung pun tanpa ragu mengikuti kebiasaan yang telah diwariskan oleh kakak-kakak kelas mereka.

 

Di tengah ramainya jamaah sholat, tampak Pengurus DPD Bakomubin Kab. Tangerang bersama dua orang guru, yang tampak berdiri, mengawasi dan membimbing siswa. Mereka memastikan jamaah tetap tertib, mengarahkan bacaan pujian sebelum sholat, serta mengawasi siswa yang baru tiba di tempat wudhu agar tidak bercanda atau mengotori area suci. Kehadiran guru-guru ini bukan sekadar tugas, melainkan bentuk keteladanan bagi para siswa.

 

Suasana sholat berjamaah dzuhur di SMPN 4 Tigaraksa, mushollah sekolah yang selalu penuh di saat sholat dhuhur dan sholat dhuha.

 

Kepada Pengurus DPD Bakomubin Tangerang, M. Heri Irawan, salah seorang Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), Hamdah, S.Pd.I, mengungkapkan kebanggaannya melihat kedisiplinan para siswa dalam melaksanakan sholat. Meski diakui ada perbedaan antara siswa laki-laki dan perempuan dalam hal konsistensi, terutama bagi siswi yang mengalami halangan, namun dengan pembinaan rutin, jumlah jamaah perempuan dapat kembali meningkat. Pembinaan ini menjadi bagian dari tanggung jawab sekolah dalam membentuk karakter religius siswanya.

 

Hery Saverianto mengapresiasi dedikasi para guru yang terus menjaga budaya sholat berjamaah di sekolah. Bahkan saat ia tidak berada di sekolah, melalui pantauan CCTV, ia tetap menyaksikan bagaimana sholat berjamaah berjalan dengan tertib. Baik sholat Dhuha maupun sholat Dzuhur telah menjadi bagian dari jadwal rutin yang tidak boleh terlewatkan di SMPN 4 Tigaraksa.

 

Keberhasilan ini tidak hanya dirasakan di lingkungan sekolah. Dalam berbagai kesempatan, para orang tua siswa memberikan testimoni bahwa kebiasaan sholat berjamaah di sekolah turut membentuk kebiasaan serupa di rumah. Anak-anak yang sebelumnya jarang sholat bersama keluarga, kini mulai membiasakan diri untuk sholat berjamaah di rumah, membawa berkah bagi lingkungan keluarga mereka.

 

Kepala Sekolah SMPN 4 Tigaraksa, Hery Saverianto, M.Pd, didampingi kedua Guru Mata Pelajaran PAI, Hamdah, S,Pd.I dan Fauziyah, S.Pd.I

 

Meskipun program ini belum mendapat perhatian khusus dari pemerintah, Hery Saverianto tetap berkomitmen untuk mempertahankannya. Ia meyakini bahwa pembiasaan sholat berjamaah memiliki dampak besar terhadap pembentukan karakter siswa yang disiplin, rendah hati, dan taat beribadah. Ia pun meneruskan warisan kepala sekolah sebelumnya yang telah membangun fondasi kebiasaan ini.

 

Seorang petani akan merasa bahagia ketika melihat tanamannya tumbuh subur dan berbuah lebat. Begitu pula seorang kepala sekolah, kebahagiaan sejatinya adalah ketika ia melihat anak didiknya tumbuh dalam kebiasaan yang baik, diiringi oleh para guru yang ikhlas mendampingi mereka menuju jalan kebaikan.

 

Di dalam musholla, tidak ada perbedaan antara guru dan murid. Semua bersatu dalam satu shaf, menghadap kiblat, bersujud kepada Tuhan. Inilah kepuasan yang tak ternilai bagi Hery Saverianto dan para guru SMPN 4 Tigaraksa: menjadi teladan bagi siswa, bukan hanya dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga dalam keimanan dan ketakwaan.

 

Mereka tidak mengharap apresiasi dari pimpinan atau pemerintah. Mereka yakin bahwa tugas utama seorang guru adalah menjadi contoh yang baik, karena keteladanan adalah pendidikan paling efektif. Dengan niat yang tulus dan konsistensi dalam mendidik, kebiasaan baik ini akan terus diwariskan kepada generasi berikutnya.(Awn)

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *